πππππ£π πππ£ππ ππ¨. π πͺπ§π£ππ‘π‘ππ’π₯πͺπ£π. πΎπ€π’, –Carut Marut Nya Proses penarikan dana PKH, juga terjadi di kampung Air Ringkih Kecamatan RebangTangkas,
Seperti yang di tuturkan oleh fahri, bahwasan nya Kpm harus kebank.
“gini saja saya buatkan surat pengantar, nanti sampean urus ke bankβ jelas DW.
βapa sampean gak bisa pak kebank?,β fahry. βGak bisa lagi sibuk sayaβ kata DW. βKalau kami yang ngurus berarti kami pengurus PKH nya,β sahut Rahim dan Firmansyah (Teman dari Fahry).
Kemudian saya putuskan, “Ya sudah pak sampean buatkan surat pengantarnya biar besok kami yang antar KPM nya ke bank,”lanjut Fahry.
Kemudian pada Selasa (11-07-23) Pukul 08.00 WIB saya, Rahim, Sahiri dan Komariah berangkat menuju kecamatan untuk mengambil surat pengantar yang dijanjikan.
Diperjalanan Sahiri menuturkan kalau istrinya sedang sakit ginjal jadi gak bisa cepat karena sakit kalau di bawa agak ‘ngebut’.
Sesampainya di kecamatan pada pukul 09:30 WIB pendamping PKH sedang tidak ada di tempat, kemudian saya hubungi via telpon ternyata beliau ada di kediamanya di kampung Beringin Jaya.
Tidak menunggu lama kami langsung menemui beliau dan meminta surat pengantar tersebut. Namun pendamping menjelaskan kalau surat ini belum di cap.
“Silahkan temui leni di pertigaan SMA Tanjung Kurung, ini nomornya silahkan dihubungi,” jelas DW.
Sesampainya disana kami tidak menjumpai si Leni yang disampaikan tadi.
Sehingga kami hubungi nomor yang di beri DW kepada kami.
Ternyata kami disuruh menemui beliau di Curug Gangsa. Saya jelaskan di via telfon WhatsApp kalau Komariah ini sakit ginjal kasian kalau harus muter-muter kesana.
Namun nyatanya kami tetap diminta kesana untuk menemui Dison Jaya selaku pendamping PKH juga (pengakuanya di via telpon).
Akhirnya kami pun menuju lokasi yang dibagikannya melalui aplikasi Google.
“Ngapa laju kayak diombang-ambingkan gini,” gumam saya diatas motor sambil menuju lokasi yang jarak 1-2 Km Β±.
Sampai disana saya serahkan langsung surat pengantarnya yang sudah ditunggu oleh mereka berjumlah 4 orang, 2 laki-laki 2 perempuan. “Ngapa kami ini laju kayak diombang-ambingkan gini” jelas Fahry.
Setelah di cap kemudian langsung kami menuju ke bank mandiri di Baradatu.
Alhamdulillah sesampainya kami di bank pada pukul 12:00 WIB kami langsung dilayani dengan baik. Ketika itu salah satu petugas bank menanyakan keberadaan pendamping PKH. Lalu Fahri menjawab “Tidak bisa antar dia pak, sibuk”.
Tidak lama kemudian Rekening dan ATM keluar dan langsung kami ambil uang yang ada di ATM tadi.
“Alhamdulillah mas sudah cair, kami sudah sekian bulan ini pontang-panting ngurus ini belum juga kelar, prosas-proses kata ketuanya, ini sama mas fahry sehari jadi,” jelas Komariyah.
Harapan awak media agar kiranya petugas Pendamping PKH atau Dinas terkait agar bisa lebih bertanggung jawab atas KPM nya, karena tidak semua KPM berani mengurus ke Bank secara mandiri.
Disini terbukti tidak semua wartawan / jurnalis jelek yang selama ini dianggap oleh banyak kalangan masyarakat. Karena kami tidak memungut Rp.1.000,- pun dari apa yang sudah kami perbuat oleh KPM AN Komariyah, Karena pada hakikatnya, ” barang siapa mempermudah urusan orang lain, maka Allah akan memudah kan urusanya,” jelas Fahry kepada Komariyah. Ungkapnya,,(Yurni)